Gunung Halimun Salak merupakan salah satu Gunung yang menjadi hulu sungai Cisadane, sungai Cisadane mengalir dari kawasan Kabupaten Bogor di bagian hulunya dan bermuara di kota Tangerang, sungai ini merupakan sungai yang penuh sejarah. Bicara soal sungai Cisadane tidak luput dari peninggalan sejarahnya bahkan rasanya kurang pas jika hanya membicarakan tentang Sungai Cisadane dan keterkaitannya akan sejarah sungai Cisadane dengan sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung, mengalir dari kawasan puncak Gunung Gede Pangrango Kabupaten Bogor Jawa Barat sepajang kurang lebih 120 KM, Ciliwung menggalir hingga bermuara di propinsi DKI Jakarta yang membujur dari selatan hingga ke utara menuju laut Jawa di teluk Jakarta.
Sungai Ciliwung cukup di kenal di seantero nusantara Indonesia, sungai Ciliwung merupakan sungai yang sering sekali muncul di setiap pemberitaan media massa saat musim hujan datang. Ketenaran sungai Ciliwung bukan karena Ciliwung berhulu di kawasan pariwisata Puncak, tapi karena sungai Ciliwung cukup terkenal dengan banjirnya yang selalu mengancam Ibu kota Negara Indonesia tercinta. Lain hal dengan sungai Cisadane, Cisadane memiliki beberapa hulu yang kesemuanya berada di wilayak kekuasaan pemerintah kabupaten Bogor propinsi Jawa Barat. Salah satu hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Cisadane adalah Kawasan Gunung Halimun Salak, Kawasan Halimun Salak merupakan hulu sungai Cisadane yang didominasi oleh anak sungai Cisadane, sub das Cisadane Cikaniki dan Cianten. Aliran utama sungai Cisadane memiliki hulu yang sama dengan sungai Ciliwung, kedua sungai ini hulunya berada disatu punggungan di kawasan Gunung Gede Pangrango di daerah Lido dan Bodogol Kabupaten Bogor. Selain kedua gunung di atas (Gede Pangrango dan kawasan perbukitan Halimun Salak) sungai Cisadane memiliki aliran sungai dari Gunung Salak dan gunung Kapur di daerah Ciampea kabupaten Bogor.
Dengan bukti kekayaan sumber air di atas, apakah lantas kekayaan sumber air ini terjaga? atau malah tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan rakyat yang berada di kabupaten) Bogor, seperti yang di amanahkan oleh Undang –Undang 1945 bahwasannya tanah dan air di kuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk kesejahteraan rakyatnya. Lantas apakah Undang – undang tersebut sudah diimplementasikan sesuai pedoman tertinggi peraturan negara kita, mari kita saling tanyakan tentang implementasi itu pada diri kita selaku rakyat dan pada pemerintah selaku pejabat yang berwenang terhadap wilayahnya. Kita kontrol kondisi Sumber Air kita yang merupakan bagian dari salah satu syarat dan pemenuhan hajat kita sebagai makluh hidup akan kebutuhan sumber kehidupan untuk menyambung penghidupan mahluk yang memiliki kebutuhan akan air.
Satu hulu satu wilayah antara hulu sungai Cisadane dan sungai Ciliwung, serta satu pemilik kuasa peraturan maupun wilayah yaitu pemerintah kabupaten Bogor selaku pemilik wilayah hulunya di teritorial propinsi Jawa Barat. Namun meskipun satu punggungan yang sama antara sungai Cisadane maupun Ciliwung, tentunya sungai Cisadane lebih luas secara kawasan Daerah Aliran Sungainya (DAS), bahkan anak sungai Cisadane ada yang berukuran lebih besar dari sungai Ciliwung, maupun ukuran yang mendekati lebar dan luasnya sungai Ciliwung. Uniknya lagi walaupun aliran utama sungai Ciliwung Cisadane di satu punggungan, namun wilayah jelajahnya berlainan, sebut saja Cisadane wilayah jelajahnya dari Gunung Gede Pangranggo (hulu) propinsi Jawa Barat hingga melintasi propinsi yang dulunya bagian dari Jawa Barat setelah terjadi pemekaran wilayahkini menjadi propinsi sendiri yaitu propinsi Banten, sungai ini menjandi sungai lintas wilayah yang secara pemeliharaan dan tangung jawab pemerintah nya terbagi menjadi tanggung jawab kedua pemiliki wilayah tersebut. Seperti halnya sungai Ciliwung, Ciliwung menjadi tanggunng jawab pemerintah propinsi maupun daerah yang di lalui oleh alirannya, yaitu pemerintah propinsi DKI Jakarta dan propinsi Jawa Barat, tapi kalau di lihat dari pemberitaan media massa, DKI cenderung lebih serius untuk mengatasi permasalahan Ciliwung oleh Gubenur terpilih Jokowi, entah kalau Jawa Barat apakah pemerintahnya juga serius untuk melirik permasalah yang terjadi di wilayah yang di pimpin oleh kang Aher(Ahmad Heryawan) dan wakilnya yang baru Dedy Mizwar.
Percuma rasanya di wilayah yang merupakan daerah hilir seperti Jakarta di benahi tanpa ada dukungan penuh dari penguasa wilayah di Hulu, karena pada prinsipnya sungai tidak bediri sendiri masih memilki ketergantungan pada unsur lainnya. Seharusnya kedua belah pihak yang memiliki kekuasan di wilayah hulu dan hilir sungai Ciliwung maupun Cisadane, belajar pada prinsip sungai yang merupakan ciptaan Tuhan masih membutuhkan tingkat kerjasama antar unsur, apalagi mahluk yang di ciptakan oleh Tuhan paling sempurna yaitu manusia seperti kita yang masih mengenyampingkan kepentingan pribadi maupun golongan untuk menjalin kerjasama. Apakah tidak malu selaku penguasa wilayah seolah menutup mata atas kondisi yang menimpa kedua sungai maupun sungai yang ada di negara kita Indonesia. Sebut saja Ciliwung Cisadane secara sejarah sungai ini memiliki keterikatan antar satu dengan lainya pada bentang alamnya, tanpa mementingkan golongan dan politik alam yang telah tercipta oleh kuasa Tuhan. Bukan tidak mungkin Ciliwung yang kini dari tutupan hutanya yang hanya berkisar 12,12 persen dari luas DAS Ciliwung tercapai sesuai target yang akan di capai oleh propinsi Jawa Barat dengan tutupan hutan sebesar 45 persen dari luas masing-masing DAS yang ada di Jawa Barat, kalau saja pemerintah di hulu dan di hilirnya mau berkerjasama.
Kalau di lihat dari sisi ancaman yang di sebabkan oleh kerusakan kondisi kedua sungai Cisadane maupun Ciliwung dari Daerah Aliran Sungainya (DAS), kedua sungai ini sama-sama mengancam Ibu kota Negara indonesia dan pintu gerbang Negara Indonesia yaitu DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia dan Bandara internasional soekarno Hatta. Dari ancaman banjir maupun kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh pencemaran limbah yang tentunya akan merusak citra bangsa Indonesia sebagai Negara kepulauan yang kaya akan kekayaan sumber Air maupun kekayaan alam lainya yang menjadi sasaran para wisatawan maupun pelancong manca negara, yang mana Negara Indonesia terkenal dengan kekayaan sumber daya alam hayati yang didukung degan keramahan masyarakatnya dan bermacam suku maupun masyarakat adatnya.
Satu Hulu Beda Daerah alirannya "Tjiliwoeng Tjisadane", Beda Pula yang di Ancam.
Diposting oleh
hari the blacket
di
10.25.00
Label:
Bogor,
Ciliwung,
Cisadane,
DAS,
Gede Pangrango,
Gunung Halimun-Salak,
Jakarta,
Tjiliwoeng,
Tjisadane
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar:
Posting Komentar