Kampung-kampung di sekitar kawasan Halimun-Salak secara umum berada dekat dengan areal hutan. Areal-areal berhutan tersebut sesuai peruntukkannya dikelola oleh Pemerintah melalui Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Sayangnya model pengelolaan kawasan hutan ini masih bertumpu pada kemampuan Pemerintah saja. Masyarakat setempat yang telah mendiami kawasan tersebut hingga saat ini masih belum diposisikan sebagai aktor utama dalam pengelolaan kawasan hutan. Kondisi tersebut telah menjadikan jurang pemisah yang cukup dalam antara pihak masyarakat dan pengelola taman nasional. Masyarakat akhirnya hanya merasa bahwa dirinya tidak perlu berkepentingan terhadap kelangsungan hutan-hutan di taman nasional. Sementara itu, pihak pengelola kawasan taman nasional hanya menganggap masyarakat sebagai pengganggu kawasan hutan.
Pengelola merasa kondisi ini tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak, dan bagi kelestarian hutan secara lebih luas. Pemerintah melalui balai taman nasional semestinya dapat berbagi peran dengan masyarakat untuk mengelola kawasan hutan tersebut secara adil dan berkelanjutan. Keadaan ini akhirnya mendorong lahirnya ide untuk mengembangkan sebuah upaya pengelolaan hutan dengan yang melibatkan masyarakat secara aktif. Pengelola mengawali hal tersebut dengan memastikan adanya akses masyarakat untuk mengelola kawasan eks-Perhutani yang menjadi areal perluasan kawasan taman nasional. Areal tersebut dikelola oleh kelompok tani melalui pola tumpangsari. Upaya ini dikuatkan dalam sebuah perjanjian kerjasama (memorandum of understanding, MoU) antara masyarakat dengan pihak Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Upaya Pengelola ini tidak hanya berhenti sampai tahap itu. Kini Pengelola mencoba mengembangkan sebuah sistem pengelolaan hutan berbasis masyarakat di kawasan tersebut. Masyarakat diposisikan sebagai subyek utama pembangunan hutan yang bertumpu keragaman jenis produk, termasuk hasil hutan non-kayu (HHNK). Menanam dan merawat pohon menjadi bagian utama dalam upaya ini. Semantara itu, ruang kosong di bawah tegakan pohon juga dikelola dengan mengembangkan jenis-jenis tanaman produktif seperti tumbuhan obat, tanaman pangan, dan kopi. Salah satu jenis tumbuhan obat yang sedang diujicoba untuk dikembangkan adalah kapol atau kapulaga (Amomum cardamomum).
Bangun Hutan
Langganan:
Postingan (RSS)